Metode pengajaran saya adalah
1. Diskusi: Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, diskusi, permainan, dll.
2. Curah pendapat (Brain storming): Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mind-map) untuk menjadi pembelajaran bersama.
3. Diskusi kelompok: Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan. Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.
4. Ceramah: ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts), transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.
5. Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap. Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebuh menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
6. Simulasi: Metode simulasi adalah cara belajar dengan mencuplik suatu situasi kehidupan nyata yang diangkat ke dalam kegiatan belajar. Metode ini dapat digunakan untuk pendalaman materi yang telah disampaikan dengan cara lain (misalnya: ceramah, diskusi kelompok). Hanya saja, metode ini lebih banyak mempengaruhi rana keterampilan dari para peserta (keterampilan mental maupun fisik). Dalam metode simulasi, peserta diminta berperan seakan-akan tengah menerapkan materi yang telah diperoleh kepada kelompok sasarannya. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri.
7. Sandiwara: Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang menyerupai kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisis peristiwa (kasus). Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan secara seimbang.
8. Praktik lapangan: Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bias berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat. Keeunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bias langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat metode praktek adalah pengembangan keterampilan.
9. Demonstrasi: Demonstrasii adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses. Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.
10. Permainan (games): Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk menciptakan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat. Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai.
Kelas yang saya ajarkan berdasarkan
Kurikulum yang demikian biasanya merupakan dokumen tertulis yang dilengkapi dengan:
1. Bahan belajar
2. Media belajar
3. Jadwal kegiatan belajar dan
4. Evaluasi
Pendekatan yang saya lakukan untuk setiap topik dengan
Merinci Topik-topik atau Pokok-pokok Bahasan:
- Setelah mentukan tema pelatihan, tema kemudian dirinci menjadi sejumlah topik atau pokok bahasan pelatihan. Buatlah daftar (list) dengan bantuan sejumlah pertanyaan:
- Mengapa dalam pengembangan karakter masyarakat, perlu penguatan pemkot dan pemprov?
- Apa alasannya? Apakah buktiknya bahwa selama ini pemkot dan pemprov belum memiliki psikomotorik?
- Bagaimana cara atau strategi memberdayakannya?
- Mungkinkah pemkot dan pemprov diperkuat? Jelaskan.
- Apa yang terjadi jika pemkot dan pemprov menjadi kepedulian?
Dan lain-lain.
Jawaban-jawaban dari pertanyaan ini, akan menjadi daftar (list) topik-topik belajar/pelatihan yang akan dikembangkan. Gunakan dua pendekatan yaitu analisis gotong-royong dan analisis subyek) untuk melakukan hal ini.
Mengembangkan Sistematika (Outline) Modul
Setelah menemukan sejumlah topik atau pokok bahasan yang dibutuhkan dalam pengembangan kegiatan-kegiatan belajar/pelatihan, kita akan memeriksa apakah pokok-pokok pikiran tersebut telah runtut atau sistematis. Runtutkan pokok-pokok pikiran tersebut dengan bantuan outline. Outline dalam penulisan modul berbeda dengan outline pada penulisan buku, makalah, atau laporan karena setiap bagiannya merupakan suatu sesi belajar yang memiliki tujuan khusus pembelajaran masing-masing.
Membuat Judul-judul Topik atau Pokok Bahasan
Kita sudah membuat outline penulisan modul sehingga topik-topik atau pokok-pokok bahasan sudah dirumuskan. Begitu juga dengan judul pelatihan dapat kita periksa kembali dan kembangkan beberapa alternative judul yang lebih menarik, tidak terlalu panjang, dan mudah dipahami.
Menyusun Kisi-kisi Kurikulum
Seperti yang telah dijelaskan di atas, kurikulum merupakan suatu pengaturan rencana dan tujuan kegiatan pembelajaran yang hendak dicapai dalam bentuk dokumen tertulis. Yag disebut kurikulum apabila minimal memenuhi lima komponen utama:
1. Tujuan. Komponen ini sangat penting karena menjadi arah semua kegiatan pembelajaran.
2. Materi. Merupakan penjabaran dari tujuan yang telah ditetapkan. Materi atau isi belajar dikembangkan menjadi beberapa topik bahasan.
3. Strategi dan metode pembelajaran. Agar tujuan dan materi yang telah disusun dapat dipahami peserta, maka perlu dibuat strategi pembelajarannya yang tepat. Secara umum strategi pembelajaran yang digunakan adalah sbb:
• Sederhana menuju ke yang kompleks
• Mudah menuju ke yang sulit
• Operasional menuju ke yang abstrak.
4. Media. Mengacu pada ketiga komponen di atas dikembangkanlah media dengan beragam jenisnya.
5. Evaluasi. Merupakan komponen untuk mengetahui seberapa jauh peserta menguasai materi yang telah tertuang dalam kurikulum, sekaligus untuk mengetahui apakah kurikulum tersebut relevan dengan kebutuhan belajanya.
1. Alokasi waktu: 2x45 menit
2. Lius Effendi (2015) kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja sama dengan siswa lain serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
3. 24 siswa
4. Ketuntasan hasil belajar siswa mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 85% dari 24 siswa dan nilai rata-rata hasil belajar kelas di atas 75.
5. Menggunakan metode ceramah dan tanyajawab.
Aktivitas mengajar adalah proses pembelajaran, keaktifan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga proses pembelajaran yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal dengan bekerja siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Isi kursus adalah aktivitas berasal dari kata kerja akademik aktif yang berarti giat, rajin, selalu berusaha bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi gemilang.
Kelas smp, sma dan s1. Pengalaman magang admin di bapelkes, magang ngajar smk sekaligus ngajar smkn12 dan praktek ngajar smpn45 sebagai guru pkn, dan praktek ngajar bhs. Indonesia sebagai dosen umum s1 di uwgm sekaligus sambil ngajar di smkim4 sebagai guru sejarah. Tindakan kelas yang dilaksanakan berupa pengajaran di kelas secara sistematis dengan tindakan pengelolaan kelas melalui strategi, pendekatan, metode pengajaran yang tepat dengan perencanaan tindakan yang telah tersusun sebelumnya dan metode kegiatan kelas adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (metodologinya: PTK). Peneliti harus mempersiapkan segala sesuatu yang menjadi pendukung sebuah proses agar dapat berjalan dengan lancar
kursus pengetahuan umum dekat sini? Berikut ini adalah daftar guru yang dapat Anda lihat.
Superprof bisa juga menyarankan kursus pendidikan moral untuk menolong anda.
Belajar bukanlah masalah, kursus sejarah untuk semua!
mengambil kursus pendidikan kewarganegaraan tidak pernah semudah ini: Anda akan mempelajari keterampilan baru.
Di rumah guru | Di rumah Anda | Dengan kamera web | |
1 jam | Rp 25,000 | Rp 25,000 | Tidak tersedia |