Slamet Rahardjo adalah salah satu aktor legenda Indonesia yang paling terkenal. Mari kita lihat kehidupan produktif seorang aktor Indonesia yang memiliki panggilan Memet ini telah mengukir namanya di industri film.

Kehidupan Pribadi Slamet Rahardjo
Slamet Rahardjo yang kerap dipanggil Memet oleh kerabat dekatnya ini, lahir di Serang, Banten, pada tanggal 21 Januari 1949. Tentu di usianya yang tidak muda lagi, sudah banyak sekali pengalaman, pembelejaran, dan penghargaan yang di raihnya. Slamet Rahardjo adalah anak dari pasangan Sjarot Djojoprawiro dan Ennie Tanudiredja. Sang ayah bekerja di Angkatan Udara yang sering mendapat tugas di berbagai tempat Indonesia.
Slamet Rahardjo yang memiliki nama lengkap Slamet Rahadjo Djarot adalah kakak kandung dari Eros Djarot, seorang sutradara, penata musik sekaligus politik ternama di Indonesia. Mengikuti jejak kakaknya, Eros menjadi seniman dan bergabung dalam sebuah band. Ia menjadi pengarah musik dalam sebuah film berjudul Badai Pasti Berlalu dan menyutradai film kolosal Tjoet Nya’ Dhien. Hebatnya, kedua film tersebut mendapatkan penghargaan Piala Citra.
Setelah kelulusannya dari SMA Negeri 2 Yogyakarta, Slamet Rahardjo sempat melanjutkan sekolahnya di Akademi Film Nasional. Namun, tidak sampai menuntaskan pendidikannya, akademi tersebut akhirnya bubar. Hal itu tidak mematahkan semangat belajarnya, ia pindah ke Akademi Teater Nasional Indonesia. Tidak berjalan lama, ternyata akademi kedua yang ditekuni oleh Slamet Rahardjo juga harus bubar. Akhirnya, ia memutuskan untuk belajar secara otodidak.
Cek di sini untuk sekolah akting di Jakarta
Mengenal Lebih Dekat Slamet Rahardjo

Aktor legendaris yang masih aktif berperan di film-film tanah air ini, memulai karirnya dalam bidang teater dengan turut bergabung dalam teater Populer bersama Teguh Karya di tahun 1968. Salah satu pencarian terkait tentang Slamet Rahardjo terlepas dari bagaimana film-filmnya serta penghargaannya, tak sedikit juga yang ingin tahu tentang agama Slamet Rahardjo. Seniman senior ini, Slamet Rahardjo beragama Islam.
Selain dikenal sebagai aktor papan atas, Slamet Rahardjo juga terkenal sebagai anggota keluarga yang hangat dan berhasil mengarungi bahtera rumah tangga bersama Mira Surianegara selama 36 tahun sejak 1984 silam. Dikarunia dua anak dan telah menjadi seorang kakek, Slamet Rahardjo berhasil memupuk cinta dalam keluarganya dengan sangat baik dan harmonis.
Aktor, penulis skenario, dan sutradara Indonesia satu ini dikenal baik dengan karirnya yang gemilang selama 50 tahun berkarir sebagai profesional yang sempurna dan serba bisa. Slamet Raharjo adalah aktor Indonesia terbesar sepanjang masa. Penampilannya yang mengesankan termasuk yang paling membanggakan dan menuai banyak pujian adalah dalam karyanya di drama romantis seperti Ranjang Pengantin (1974) dan Di Balik Kelambu (1983).
Setelah tamat SLA, Slamet Rahardjo masuk di Akademi Teater Nasional Indonesia lalu kuliah di Akademi Film Nasional Jayabaya tahun 1968. Slamet yang juga mencintai seni lukis pernah bercita-cita menjadi penata pentas, dan kini ia wujudkan sedikit banyak dalam perannya sebagai sutradara film. Aktor lintas generasi ini kembali menujukan aktingnya yang luar biasa dalam film Cinta Pertama, Kedua dan Ketiga yang beradu peran dengan aktor muda seperti Angga Yunanda dan Putri Marino. Tak hanya beradu akting, Slamet Rahardjo berusaha mengajarkan dan menggambarkan arti keluarga melalui film tersebut. Untuk penggemar film Indonesia yang menantikan akting hebat Slamet Rahardjo, film Cinta Pertama, Kedua dan Ketiga sudah rilis dan siap menemani akhir pekan Anda.
Teruslah membaca untuk melihat daftar film yang dibintang oleh slamet Rahardjo meski berikut tidak akan menyebutkan semua dengan adil. Serta beberapa penghargaan luar biasa yang pernah diraih oleh Slamet Rahardjo.
Awali Karirnya Di Dunia Teater
Meski dunia film telah membesarkan namanya, nyatanya Slamet Rahardjo memulai karirnya dari Dunia Teater. Berawal dari pertemuannya dengan sutradara Teguh Karya, Slamet Rahardjo diminta untuk mempersiapkan set pertunjukkan drama Teguh sekaligus berperan di dalamnya. Tidak nangung-nanggung, ia langsung memerankan tokoh utama di Teater Populer berjudul Hantu yang dipentaskan sekitar tahun 1969.

Tidak disangka, di awal pertunjukkan, Slamet Rahardjo langsung menyita banyak perhatian. Sang bintang adalah julukan yang diperolehnya dari awal penampilannya. Teater-teater sukses di masa itu seakan hanya jadi milik sang bintang, Slamet Rahardjo hingga akhirnya ia memulai karirnya di dunia film pada tahun 1971. Meskipun dunia film telah melambungkan namanya, Slamet Rahardjo masih aktif main teater hingga saat ini, seperti di teater terakhirnya kemarin yang berjudul Goro-goro Mahabarata2 dengan durasi kurang lebih tiga jam. Setelah kepergian sang Maestro Teater Populer, kepemimpinan Teguh Karya untuk Teater Populer dilanjutkan oleh Slamet Rahardjo.
Dibalik Film Wadjah Seorang Laki-Laki (1971)
Debut pertamanya dalam film, Slamet Rahardjo memerankan film yang berjudul Wadjah Seorang Laki-laki yang juga diproduksi oleh Teater Populer dan disutradarai oleh Teguh Karya. Film tersebut menempatkan Slamet Raharjo sebagai pemeran utama. Seperti kebanyakan pertunjukkan yang diperankannya, film debut Slamet Rahardjo meraih kesuksesan.
Bersama dengan Laila lawan mainnya, Slamet Rahardjo berusaha untuk memerankan film ini dengan baik. Perbedaan yang ia rasakan ketika berlakon dalam teater modern dengan dibanding berperan dalam sebuah film adalah film tidak banyak berbicara. Para aktor lebih menyiratkan maksut cerita ke dalam visualisasi, sehingga ketika aktor berbicara dalam sebuah film itu sudah seperti karya sastra. Film yang di rilis tahun 1971, mengantarkan perjalanan dunia industri perfilman yang cukup terang bagi Slamet Rahardjo saat itu.
Baca juga tentang aktor yang tembus kancah internasional dari Indonesia, Ray Sahetapy
Slamet Rahardjo Juga Sutradai Beberapa Film
Aktor terkenal satu ini, ternyata tidak hanya menekuni karir sebagai pemeran dalam sebuah film melainkan dia juga aktif sebagai sutradara. Slamet Rahardjo pertama kali terjun di bidang sutradara film pada tahun 1979. Kiprahnya pertama kali sebagai sutradara dalam film Rembulan dan Mentari. Hebatnya film pertamanya ini membawanya untuk meraih penghargaan Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 1980 di Semarang, Jawa Tengah, sebagai sutradara terbaik kedua.
Aktor asli Jawa yang sering dianggap blasteran dengan petugas imigrasi ini pun tidak hanya menyeret satu piala di bidang sutradara. Ia juga pernah mendapatkan Piala Citra dalam kategori Sutradara Terbaik dalam film Kembang Kertas tahun 1985 dan Piala Citra di kategori yang sama tahun 1987 dalam film Kodrat. Ia juga pernah meraih sebagai Sutradara Terpuji tiga kali dalam Festival Film Bandung 1988 untuk film Kasmaran, Festival Film Bandung 1991 untuk film Langitku Rumahku, dan Festival Film Bandung 2003 untuk film Marsinah.
Cintanya dalam dunia peran memang ia buktikan dengan beragam penghargaan yang ia peroleh sebagai aktor maupun kepiwaiannya sebagai seorang sutradara. Film terakhir yang ia buat adalah Marsinah pada tahun 2001.
“Menjadi orang hebat itu sakit, memilih hidup seperti ini juga sakit”
-Ki Slamet Rahardjo Djarot.
Slamet Rahardjo sebagai Aktor Legendaris Indonesia
Sebagai aktor legendaris Indonesia, Slamet Rahardjo telah menjadi inspirasi bagi banyak generasi aktor setelahnya. Ia dikenal karena kemampuan berakting yang tidak hanya mengandalkan ekspresi, tetapi juga kedalaman karakter dan pemahaman terhadap emosi manusia. Dalam setiap perannya, Slamet Rahardjo mampu menghadirkan nuansa yang kuat—baik dalam drama, film sejarah, maupun film keluarga.
Selama lebih dari lima dekade berkarya, ia telah menjadi wajah penting dalam sejarah perfilman nasional. Dedikasinya terhadap dunia seni membuat namanya sejajar dengan para maestro film Indonesia lainnya seperti Teguh Karya dan Christine Hakim. Bahkan, banyak kritikus menilai bahwa kontribusinya tidak hanya sebagai aktor, tetapi juga sebagai guru dan pelestari nilai-nilai seni peran Indonesia.
Dengan segudang penghargaan dan kiprah panjangnya di dunia teater, film, hingga akademik, Slamet Rahardjo membuktikan bahwa julukan aktor legendaris Indonesia bukan sekadar gelar, melainkan hasil dari perjalanan panjang penuh perjuangan dan kecintaan terhadap dunia seni.
Daftar Film yang Dibintangi oleh Slamet Rahardjo
Slamet Rahardjo sempat menjadi aktor dengan bayaran termahal di masanya. Mengapa tidak, banyak sekali film yang ia mainkan dan selalu ia menjadi pemeran utamanya. Bukan hanya itu, film-film yang ia bintangi pun tidak sedikit yang menoreh berbagai penghargaan. Setelah film pertamanya yang sukses,film selanjutnya Cinta Pertama tahun 1973 bersama Christine Hakim juga menuai kesuksesan besar.
Beberapa judul film yang ia perankan dan sutradarai sejak 1971 hingga sekarang diantaranya:
- Wadjah Seorang Laki-Laki
- Cinta Pertama
- Ranjang Pengantin
- Badai Pasti Berlalu
- November 1928
- Di Balik Kelambu
- Seputih Hatinya Semerah Bibirnya
- Ponirah Terpidana
- Kembang Kertas
- Kodrat
- Tjoet Nya’ Dien
- Kasmaran
- Langitku Rumahku
- Telegram
- Marsinah
- Pasir Berbisik
- Badai Pasti Berlalu
- Laskar Pelangi
- Sang Pencerah
- Sang Penari
- Gending Sriwijaya
- The Perfect Husband
- Pendengkar Tongkat Emas
- Sweet 20
- Filosofi Kopi
Yang menarik baru-baru ini, Slamet Rahardjo kembali bermain film dengan rekan sejawatnya yakni Widyawati. Mereka beradu peran dalam film berjudul Mahasiswa Baru. Kehadiran pemain muda tidak menggentarkan semangat dua bintang legenda tersebut. Kunci utama dalam kesuksesan karirnya yang panjang adalah kerendahan hati dan ketulusan jiwa dalam berperan. Tidak akan ada yang baik jika memulainya hanya untuk sensasi tanpa bakat menuju prestasi.
Slamet Rahardjo Merambah Karirnya sebagai Dosen
Selain sebagai aktor dan sutradara sukses, Slamet Rahardjo juga seorang dosen. Ia sebagai tenaga pengajar di Insitut Kesenian Jakarta (IKJ). Sebagai murid dari sineas Teguh Karya, Slamet Rahardjo ingin membagikan ilmu yang ia dapatkan untuk para bintang muda. Dia juga pernah menjadi dosen tamu di Monash University. Fokus yang diajarkan Slamet Rahardjo adalah teknik mengolah suara yang ia dapatkan dari Teater Populer. Bukan huruf alfabet, Slamet Rahardjo memilih untuk ajarkan melalui huruf Hijaiyah agar yang muridnya dapatkan adalah nilai latihan bibir, lidah, hingga keseluruhan. Selain itu, ia juga mengajarkan konsep “gong” seperti Jackie Chan dalam ilmu bela diri. Slamet Rahardjo menambahkan metodologi dalam setiap pegajarannya.

Yang menarik dari aktor sekaligus dosen satu ini, dia bukan hanya melatih muridya, melainkan juga belajar dari perkembangan anak muda dari muridnya. Salah satu rahasia kesuksesan Slamet Rahardjo adalah selalu ingin belajar bahkan dari anak muda untuk terus mengikuti perkembangan zaman sehingga karirnya abadi hingga saat ini.
Temukan sekolah akting di dekat Anda.
Tuai Pujian dari Film Buku Harianku
Sutradara Angling Sagaran menggaet Slamet Rahardjo untuk juga terlibat dalam film garapannya yang bertajuk Buku Harianku. Aktor yang berusia 71 tahun ini, lagi-lagi berhasil memukau sutradara dalam perannya. Slamet Rahardjo berperan sebagai Prapto sang kakek dari Killa (artis cilik Kila Putri). Dalam film terbarunya yang akan rilis tahun ini, Slamet Rahardjo berusaha untuk menampilkan perannya yang terbaik.
Film ini berkisah tentang petualangan, keluarga, sahabat sejati. Bermula dari gagalnya rencana liburan Kila, gadis cilik ini dititipkan ke rumah kakeknya di desa oleh orang tuanya yang diperankan oleh Dwi Sasono dan Widi. Hubungan Kila dan kedua orang tuanya mulai renggang sejak saat itu. Di desa Kila bertemu dengan teman lamanya Rintik yang menyandang disabilitas. Pertemuan mereka membawa keduanya ke pertualangan yang tidak pernah terduga. Meski sempat sering berselisih paham dengan kakeknya (Slamet Rahardjo), Kila dan kakek selalu berusaha untuk tingga dengan baik bersama.
Kepiawaian Slamet Rahardjo memerankan sebuah karakter dalam film apapun yang pernah ia mainkan membuat minder para bintang muda. Tentu Anda dapat belajar banyak dari cara Slamet Rahardjo memainkan karakternya di film-filmnya.
Ringkasan Deretan Film Lawas yang Dibintanginya Semasa Muda
- Tjoet Nja’ Dhien
- Berdasarkan informasi dari IMDb, Tjoet Nja’ Dhien merupakan film epik bertema sejarah yang menggambarkan perjuangan Cut Nyak Dien (diperankan oleh Christine Hakim) dalam melawan penjajahan Belanda di Aceh.
- Berlatar pada tahun 1896, kisah ini menyoroti keberanian dan keteguhan Dhien yang kemudian memimpin pasukan gerilya setelah suaminya, Teuku Umar (diperankan oleh Slamet Rahardjo), gugur dalam sebuah penyergapan.
- Film ini menonjolkan semangat perlawanan rakyat Aceh serta peran besar seorang perempuan dalam perjuangan kemerdekaan.
2. Film November 1828
- Disutradarai oleh Teguh Karya, film ini dibintangi oleh Slamet Rahardjo, Rachmat Hidayat, dan Yenny Rachman.
- Ceritanya mengisahkan pemberontakan penduduk desa di Jawa yang berjuang melawan penjajahan.
- Film ini mengangkat tema loyalitas dan pengkhianatan, memperlihatkan bagaimana konflik batin memengaruhi perjuangan rakyat.
- Bondan Winarno turut berperan dalam penyuntingan naskahnya, menambah kedalaman pada kisah penuh ketegangan dan perjuangan rakyat Jawa menghadapi penindasan.
3. Badai Pasti Berlalu (1977)
Film karya Teguh Karya ini dibintangi Christine Hakim, Roy Marten, dan Slamet Rahardjo.
Berkisah tentang Siska yang patah hati setelah tahu Leo hanya mendekatinya karena taruhan. Ia kemudian menjalin hubungan dengan Helmy, seorang pianis miskin, namun hubungan itu berujung pada kehancuran bisnis ayahnya.
Pada akhirnya, Siska kembali menemukan kebahagiaan bersama Leo.
Film ini menyoroti cinta, pengkhianatan, dan pengorbanan dalam hubungan manusia.
4. Ranjang Pengantin (1974)
Film garapan tahun 1974 ini dibintangi oleh Slamet Rahardjo dan Lenny Marlina.
Mengisahkan pasangan Bram dan Nona yang menikah tanpa restu orang tua dan harus berjuang menghadapi kesulitan ekonomi di kota besar.
Saat Nona hamil anak ketiga, Bram menderita penyakit paru-paru, memaksa Nona bekerja sebagai penjahit untuk menghidupi keluarga.
Konflik mencapai puncak ketika Bram mengakhiri hidupnya setelah menulis surat untuk Nona.
Film ini dikenal karena penggambaran realistis kehidupan keluarga miskin dan tekanan hidup yang dihadapi pasangan muda.
5. Wadjah Seorang Lelaki (1971)
Film ini dibintangi Slamet Rahardjo sebagai Amallo, seorang pemuda yang memberontak terhadap ayahnya, Umbu Kapitan (W. D. Mochtar), karena perlakuan buruk sang ayah terhadap ibunya.
Berlatar di Batavia abad ke-19, kisah ini menyoroti konflik keluarga yang dipicu oleh kebiasaan ayahnya yang suka mabuk dan menikah lagi setelah istrinya meninggal.
Dalam pemberontakannya, Amallo mencuri senjata dan kuda milik Kompeni Belanda, tempat ayahnya bekerja.
Cerita juga menampilkan pergolakan batin dan kisah cinta Amallo sebelum akhirnya ia tewas ditembak oleh ayahnya sendiri saat mencoba mencuri kuda.
Slamet Rahardjo Muda
Sebagai sosok Slamet Rahardjo muda, perjalanan kariernya menunjukkan semangat, idealisme, dan kecintaan yang mendalam terhadap seni peran. Sejak masa mudanya, ia dikenal sebagai pribadi yang tekun dan disiplin dalam mengasah kemampuan berakting, meskipun harus melalui banyak rintangan di dunia teater dan perfilman Indonesia yang saat itu masih berkembang.
Pada masa awal kemunculannya, Slamet Rahardjo waktu muda sering disebut sebagai aktor dengan bakat alami yang kuat. Gaya aktingnya yang realistis dan penuh penghayatan membuatnya cepat dikenal publik dan disegani oleh rekan seprofesi. Bahkan di usia muda, ia sudah menunjukkan kemampuan luar biasa dalam memahami karakter, membangun emosi, serta memvisualisasikan pesan sutradara dengan sangat hidup di panggung teater maupun layar lebar.
Semangat belajar dan keingintahuan yang tinggi menjadi bekal penting dalam membentuknya menjadi aktor besar seperti sekarang. Peran-peran yang ia jalani semasa muda menjadi fondasi kuat yang mengantarkannya sebagai aktor legendaris Indonesia di masa kini.
Terinspirasi dari Perjalanan Slamet Rahardjo
Melihat kisah Slamet Rahardjo waktu muda, kita belajar bahwa kesungguhan dan keinginan untuk terus belajar adalah kunci keberhasilan. Ia tidak hanya mengandalkan bakat, tetapi juga kerja keras dan proses panjang untuk mengasah kemampuannya di dunia seni.
Semangat inilah yang juga ingin dihadirkan oleh Superprof, sebuah kelas privat modern yang membantu kamu berkembang sesuai potensi terbaikmu. Di sini, belajar bukan sekadar mengejar nilai, tetapi memahami cara berpikir, berlatih disiplin, dan menumbuhkan percaya diri — sama seperti bagaimana Slamet Rahardjo muda membentuk dirinya hingga menjadi aktor legendaris Indonesia.
Dengan mentor profesional dan metode belajar yang fleksibel, Superprof siap membantu kamu mencapai target belajar atau karier yang kamu impikan.
Karena seperti Slamet Rahardjo, setiap langkah kecil hari ini bisa jadi awal dari perjalanan besar esok.
Ringkasan Penghargaan Milik Slamet Rahardjo
Perjalanan hidup 71 tahun Slamet Rahardjo dan perjalanan karir 49 tahunnya di dunia perfilaman, tentu telah meraih berbagai penghargaan yang luar biasa. Selain penghargaan sebagai sutradara di atas, Slamet Rahardjo juga meraih berbagai penghargaan dalam kategori aktor. Ia pernah menerima Hadia Usmar Ismail tahun 1996 dari Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N).
Beberapa penghargaan yang Slamet Rahardjo pernah raih adalah Piala Citra FFI 1975 sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam film Ranjang Pengantin, Piala Citra FFI 1983 di kategori yang sama untuk film Di Balik Kelambu, FFI 2003 sebagai Aktor Sinetron Terpuji dalam sinema KepadaMu Aku Pasrah, mendapatkan Lifetime Achievement pada Festival Film Bandung tahun 2012, dan Piala Citra Livetime Achievement Awards dalam Festival Film Indonesia tahun 2014.
Sekilas kehidupan dan kisah sukses Slamet Rahardjo sebagai pacuan Anda untuk terus belajar dan tidak pernah merasa puas untuk selalu berkarya.
Baca juga cerita tentang aktris muda berbakat, Dian Sastrowardoyo
Dapatkan tutor akting terbaik disini.









