Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di dunia saat ini, dengan jumlah penutur sekitar 135 juta orang. Jika Anda berencana akan belajar bahasa Jerman atau dialeknya seperti Jerman Swiss atau Jerman Austria, tidak ada salahnya bahkan akan sangat bermanfaat jika Anda mempelajari sedikit saja mengenai sejarahnya, dengan demikian Anda bisa memahami perbedaannya di tiap negara tersebut.
“Kebanyakan orang tidak mengetahui sejarah perkembangan suatu bahasa dan asal muasal karakteristik bahasa tersebut.”
Mempelajari sejarah sebuah bahasa yang akan Anda pelajari akan sangat bermanfaat, karena dengan itu Anda akan lebih mudah memahami asal muasal suatu kata dalam bahasa tersebut serta bagaimana susunan dan tata bahasanya berkembang dari waktu ke waktu. Dengan mempelajari sejarah bahasa Jerman, Anda akan memahami bagaimana bahasa Jerman Standar yang kita pelajari dan gunakan saat ini bisa menjadi begitu dominan dan memiliki peranan penting. Disamping dominannya bahasa Jerman Standar, berbagai versi dan dialek bahasa Jerman masih bisa ditemukan hingga saat ini.
Di sini, Anda akan mempelajari asal muasal bahasa Jerman dan sejarah berbagai dialek bahasa Jerman. Dengan demikian, akan terungkaplah betapa kayanya bahasa dan budaya Jerman, sehingga semangat belajar Anda akan terus terpacu, dan juga akan lebih mudah bagi Anda untuk menentukan bahasa Jerman yang mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan Anda.
Asal Muasal bahasa Jerman

“Bahasa Jerman terbentuk melalui periode sejarah yang panjang, hingga memiliki struktur dan pengucapan yang kita kenal saat ini.”
Bahasa Jerman, disamping banyak bahasa Eropa lainnya, adalah salah satu dari rumpun bahasa Indo-Eropa yang berasal dari Eurasia barat dan selatan.
Lebih tepatnya, Bahasa Jerman berasal dari rumpun bahasa Jermanik Barat, sebagaimana bahasa Inggris dan Belanda. Pada Awal Abad Pertengahan, bahasa Jermanik Barat banyak dipengaruhi oleh perkembangan bahasa Inggris Kuno dan Pertengahan yang terjadi di wilayah Utara, di saat yang sama di wilayah Barat sedang terjadi pergeseran konsonan High German yang bertepatan dengan periode migrasi.
Pergeseran inilah yang kemudian membedakan antara Old High German (OHG) dengan Old Saxon. Dalam ilmu linguistik historis, pergeseran konsonan High German menggambarkan suatu fenomena perkembangan fonologis, dimana terjadi suatu perubahan bunyi dan memengaruhi bahasa tersebut dari waktu ke waktu. Ada banyak jenis perubahan bunyi, seperti misalnya pergantian suatu bunyi pada penuturan lisan, dan ini masuk dalam ranah fonetik bahasa tersebut.
“Sebagai contoh, kemunculan kata dan bunyi baru terutama pada vokalnya yang memiliki umlaut seperti ä, ë, ü, ö.”
Pada bahasa Jermanik Barat, pergeseran konsonan telah membentuk Old High German (OHG) -fase awal kemunculan bahasa Jerman.
Periode ini berlangsung dari tahun 750 hingga 1050 yang merupakan fase awal terbentuknya bahasa Jerman; di periode ini belum ada bahasa Jerman standar, karena statusnya saat itu hanya sebatas sebuah dialek. Bahasa Old High German (OHG) banyak digunakan oleh kerajaan-kerajaan suku merdeka yang terletak di Eropa Tengah.
Satu-satunya dokumen tertulis peninggalan periode ini adalah sebuah glosarium bahasa Jerman yang bernama Abrogans, yang salinannya bisa ditemukan di perpustakaan Abbey Library of St Gall, dan buku ini adalah buku tertua yang ditulis dalam bahasa Jerman. Glosarium ini pada masanya merupakan tesaurus Old High German (OHG), dan juga merupakan suatu peninggalan yang sangat berharga yang berisikan pengetahuan tentang bahasa Upper German tertua. Di dalamnya terdapat 3.670 kosakata Old High German (OHG) dengan berbagai contohnya.
Sejarah dan Wilayah
Old High German muncul di Eropa Tengah atau lebih tepatnya di wilayah yang saat ini kita kenal dengan pusat negara Jerman, adapun kekaisaran-kekaisaran di sekitarnya saat itu menggunakan bahasa yang berbeda.
Di sebelah barat Jerman, orang-orang Franka menggunakan bahasa Roman-Gallo, kemudian bahasa yang digunakan di sebelah Utaranya tidak terpengaruh sama sekali oleh fenomena pergeseran konsonan High German sehingga bahasa Belanda Kuno bisa tetap bertahan. Di sebelah selatannya, orang-orang Lombard tetap menggunakan dialek mereka sampai mereka ditaklukkan oleh Charlemagne pada tahun 744 dan akhirnya mereka menggunakan bahasa Roman. Di sebelah timur, tidak ada satu pun yang menggunakan bahasa Jerman sampai ekspansi Jerman ke arah timur terjadi di awal abad ke-12 -yang juga dikenal dengan Ostkolonisation.
Dialek Monastery atau Biara
Karena tidak adanya standar penggunaan Old High German saat itu, biara saat itu hanya menciptakan manuskrip dan glosarium, yang oleh karena itu dialeknya disebut dengan dialek monastery atau biara. Dialek ini terus berkembang di berbagai daerah yang berbeda, dan dalam ilmu linguistik fenomena ini membuktikan bahwa suatu bahasa bisa dipengaruhi oleh lingkungannya dan menciptakan suatu bunyi yang khas sesuai lingkungannya.
Fakta menarik lainnya mengenai Old High German (OHG) adalah dialek-dialeknya yang saat itu berkembang di berbagai daerah masih digunakan di beberapa daerah atau kota hingga saat ini.
Selama periode Old High German, terdapat sejumlah dialek di wilayah Jerman yang kemudian dapat dibagi menjadi dua kelompok yang berasal dari Jerman Tengah yang digunakan dari Rhineland di begian barat, kemudian meluas ke bagian timur wilayah Jerman, yang saat ini merupakan wilayah Polandia.
Ikuti kursus bahasa jerman di jakarta melalui Superprof.

Kelompok Jerman Tengah atau dialek Middle German dipengaruhi oleh pergeseran konsonan High German, meskipun pengaruhnya tidak sekuat yang dialami oleh dialek-dialek Upper German.
Beberapa dari dialek Middle German terus berkembang dan masih digunakan di beberapa daerah dan kota di Jerman hingga saat ini. Selama periode Old High German saja, terhitung ada delapan belas dialek.
Kelompok dialek bahasa Jerman lainnya yang disebut dengan Upper German, digunakan di daerah yang kini dikenal sebagai Jerman selatan, Swiss utara dan tengah, Austria dan bahkan sebagian wilayah Prancis yang berbatasan dengan Jerman dan Swiss. Selama periode Old High German, dialek Alemannia dan Bairisch atau Bavaria termasuk ke dalam kelompok dialek Upper German. Dibandingkan kelompok dialek lainnya, wilayah atau daerah yang menggunakan Upper German jauh lebih luas.
Karena periode Old German ditandai dengan adanya dialek biara atau monastery sekaligus merupakan produk dari biara seperti St. Gallen atau Fulda, dimana dialek ini digunakan dalam penerjemahan teks Latin dan dalam elaborasi glosarium bahasa Old High German (OHG), maka periode ini dikenal dengan periode literasi dan literatur, terutama puisi.
Selama periode ini, para ilmuwan dan biarawan bertekad untuk melestarikan Old High German melalui puisi. Bahkan pada masa Carolingian Renaissance, Charlemagne memerintahkan agar puisi-puisi epik disimpan dengan baik.
Sayangnya, pengabaian generasi penerusnya menyebabkan banyaknya catatan-catatan dari periode Old High German hilang begitu saja. Terutama oleh Louis the Pious, yang merupakan penerus Charlemagne, dia telah memusnahkan koleksi puisi epik beserta karya pagan Old High German lainnya yang merupakan peninggalan ayahnya.
Beberapa penulis dan biara pada masa itu memiliki peran yang sangat besar dalam pengembangan literasi Jerman, seperti Rabanus Maurus yang merupakan seorang kepala biara di biara Fulda pada tahun 822.
Kemudian ada Notker Labeo yang juga dikenal dengan julukan Notker si Jerman, seorang biarawan benediktus, ia mendedikasikan hidupnya untuk mengembangkan sistematika ortografi dan gaya penulisan Old High German.
Cek di sini untuk les bahasa jerman di jogja
Akhir periode Old High German
Untuk melacak dialek apa saja yang tergolong ke dalam bahasa Old High German tidaklah mudah, namun untuk mengetahui akhir dari periode Old High German sangatlah mudah, berikut adalah peristiwa-peristiwa yang menandakan akhir dari periode ini.
Pertama, selama abad ke-11, perubahan bunyi bahasa nampak pada ejaannya, yang kemudian mendorong perombakan keseluruhan sistem kata benda dan kata sifat. Selain itu, kematian Notker pada tahun 1022 menandakan akhir dari pengabdian sepanjang hayatnya dalam penerjemahan teks Latin ke bahasa Jerman, pengembangan gaya penulisan yang elegan dan penulisan puisi, serta penelitian mengenai bahasa Jerman.
Bahkan kemudian ia dinamai Teutonicus, istilah dari bahasa latin yang berarti Germanic, atas jasanya dalam pelestarian bahasa Jerman.
Oleh karena itu, pertengahan abad ke-11 menjadi masa transisi menuju Middle High German.
“Keberagaman bahasa dan dialeknya menunjukkan betapa kayanya bahasa Jerman dan juga menjadi bukti pengaruh Pergeseran Bunyi Kedua terhadap bahasa Jermanik Barat di Eropa Tengah sehingga menjadikannya berbagai bahasa dan dialek yang kita kenal saat ini.”

Jika bepergian ke Jerman, Swiss, dan Austria, pasti akan sangat seru jika bisa menyaksikan langsung setiap perbedaan pengucapan dan fonetik yang ada pada dialek Jerman Swiss, dialek Jerman Austria, dan bahkan pada bahasa resmi mereka.
“Sejarah dan budaya memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam perkembangan dan pelestarian bahasa tersebut.”
Bahasa-bahasa tersebut sama-sama dipengaruhi oleh fenomena Pergeseran Bunyi Kedua dan juga sama-sama termasuk ke dalam kelompok Old High German sebagaimana bahasa dan dialek Jerman lainnya.
Bahasa Jermanik Barat, termasuk bahasa Jerman, sangat menarik untuk dipelajari lebih jauh karena bisa dipelajari sisi sejarah dan kebahasaannya melalui kursus yang berbeda.