Cerita pendek ternyata enggak harus pendek. Siapa nih yang nggak setuju? Memang, meskipun namanya cerita pendek, kenyataannya kita bisa menentukan seberapa panjang atau pendek sih cerita yang mau kita buat. Yang terpenting adalah kisah yang ingin disampaikan tetap padat dan jelas, tanpa ada bagian yang bikin pembaca bingung. Nah, dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian cerpen, struktur cerpen, dan tentunya beberapa contoh cerpen singkat dan jelas yang mudah kamu pahami. Yuk, simak terus!

Tersedia guru-guru Bahasa Indonesia terbaik
Lydia dumaria
4.9
4.9 (39 ulasan)
Lydia dumaria
Rp75,000
/jam
Gift icon
Kursus pertama gratis!
Prastiyo aji
5
5 (45 ulasan)
Prastiyo aji
Rp100,000
/jam
Gift icon
Kursus pertama gratis!
Anugrah
5
5 (12 ulasan)
Anugrah
Rp125,000
/jam
Gift icon
Kursus pertama gratis!
Raditya
5
5 (39 ulasan)
Raditya
Rp150,000
/jam
Gift icon
Kursus pertama gratis!
Atikah
5
5 (13 ulasan)
Atikah
Rp60,000
/jam
Gift icon
Kursus pertama gratis!
Astri
4.9
4.9 (12 ulasan)
Astri
Rp60,000
/jam
Gift icon
Kursus pertama gratis!
Monalisa
5
5 (14 ulasan)
Monalisa
Rp150,000
/jam
Gift icon
Kursus pertama gratis!
Risca
5
5 (23 ulasan)
Risca
Rp50,000
/jam
Gift icon
Kursus pertama gratis!
Lydia dumaria
4.9
4.9 (39 ulasan)
Lydia dumaria
Rp75,000
/jam
Gift icon
Kursus pertama gratis!
Prastiyo aji
5
5 (45 ulasan)
Prastiyo aji
Rp100,000
/jam
Gift icon
Kursus pertama gratis!
Anugrah
5
5 (12 ulasan)
Anugrah
Rp125,000
/jam
Gift icon
Kursus pertama gratis!
Raditya
5
5 (39 ulasan)
Raditya
Rp150,000
/jam
Gift icon
Kursus pertama gratis!
Atikah
5
5 (13 ulasan)
Atikah
Rp60,000
/jam
Gift icon
Kursus pertama gratis!
Astri
4.9
4.9 (12 ulasan)
Astri
Rp60,000
/jam
Gift icon
Kursus pertama gratis!
Monalisa
5
5 (14 ulasan)
Monalisa
Rp150,000
/jam
Gift icon
Kursus pertama gratis!
Risca
5
5 (23 ulasan)
Risca
Rp50,000
/jam
Gift icon
Kursus pertama gratis!
Mulai

Pengertian Cerpen

cerita pendek
Cerpen merupakan cerita yang disampaikan secara singkat dan jelas, source: Pixabay

Cerpen atau cerita pendek adalah salah satu bentuk karya sastra yang disusun dengan narasi yang singkat dan fokus pada satu peristiwa atau permasalahan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cerpen adalah sebuah cerita yang memiliki panjang tidak lebih dari 10.000 kata. Cerpen ini memang harus memiliki struktur yang lebih sederhana dan langsung ke inti cerita, tidak seperti novel yang bisa menggali lebih dalam dengan plot yang lebih kompleks.

Jenis-Jenis Cerpen

Cerpen dibagi berdasarkan panjang pendeknya cerita. Jadi, cerpen nggak hanya satu jenis, lho. Ada tiga jenis cerpen berdasarkan panjangnya, yaitu:

1. Cerpen Pendek

Cerpen pendek adalah cerita yang berisi sekitar 500 hingga 700 kata. Cerpen jenis ini biasanya sangat singkat dan hanya fokus pada satu kejadian atau ide utama tanpa banyak detail. Cerpen pendek ini cocok buat kamu yang baru mulai menulis, karena langsung mengajarkan cara membuat cerita yang padat dan jelas.

2. Cerpen Sedang

Cerpen sedang berisi antara 700 hingga 1000 kata. Cerpen jenis ini masih tergolong singkat, namun memungkinkan penulis untuk sedikit lebih eksploratif dalam mendalami karakter dan alur cerita. Biasanya cerpen jenis ini memiliki sedikit lebih banyak konflik yang dapat digali.

3. Cerpen Panjang

Nah, cerpen panjang ini bisa berisi lebih dari 1000 teks kata bahkan mencapai 5000 kata! Meskipun disebut “cerpen”, panjang ceritanya sudah mendekati cerita novella atau bahkan mini novel. Cerpen panjang ini memungkinkan penulis untuk menyajikan plot yang lebih kompleks dan karakter yang lebih berkembang.

Contoh Cerpen Singkat dan Jelas

cerpen
Cerpen tentu berbeda dengan novel, source: Pixabay

Bagi banyak orang, membaca cerpen singkat bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang. Karena cerpen biasanya singkat, kisah yang disampaikan pun bisa lebih langsung pada inti cerita tanpa bertele-tele. Namun, meskipun cerpen itu singkat, cerpen yang baik tetap mampu menghadirkan konflik, karakter, dan pesan moral yang kuat. Dalam bagian ini, kita akan menyajikan berbagai kumpulan cerpen singkat yang bisa kamu baca.

Contoh Cerita Pendek: Cerita dari Dapur Ibu

Setiap malam, Ibu selalu menghabiskan waktunya di dapur. Sejak kecil, aku sudah terbiasa melihatnya di sana, dengan apron yang selalu melekat di tubuhnya, wajah yang tenang, dan tangan yang cekatan mengolah bahan-bahan masakan. Dapur adalah tempat favorit Ibu, tempat di mana ia bisa menyalurkan segala perasaan yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata.

Aku, Rani, anak bungsu dari dua bersaudara, seringkali duduk di meja makan, menyaksikan Ibu dengan penuh rasa ingin tahu. Bagi banyak orang, memasak hanyalah tentang menyiapkan makanan, tetapi bagi Ibu, itu lebih dari sekadar urusan perut. Setiap potongan sayur yang ia cincang, setiap bumbu yang ia tumis, menyimpan cerita. Cerita yang jarang ia sampaikan, namun selalu bisa kurasakan.

Malam itu, setelah makan malam, aku duduk di dekat dapur, menatap Ibu yang sedang sibuk menyiapkan adonan kue. Lampu dapur yang remang-remang membuat suasana terasa hangat dan akrab. Ibu tampak khusyuk, tidak seperti biasanya ketika aku datang menghampirinya dengan berbagai pertanyaan.

"Ibu," aku mulai, mencoba mencuri perhatiannya.

Ibu menoleh dan tersenyum, “Ada apa, Nak?”

Aku sedikit terdiam, melihat betapa sibuknya Ibu. "Kenapa Ibu selalu masak begitu banyak? Bukankah kita hanya bertiga di rumah?"

Ibu meletakkan sendok kayu yang ia pegang dan menyeka keringat yang menetes dari dahinya. Ia terlihat sejenak berpikir, lalu tersenyum. “Nak, masakan ini bukan hanya untuk makan. Ini adalah cara Ibu berbagi cerita.”

Aku mengerutkan dahi, bingung. “Berbagi cerita?” tanyaku dengan penasaran.

Ibu mengangguk pelan. "Setiap hidangan yang Ibu buat punya ceritanya sendiri. Ketika Ibu memasak, Ibu mengingat masa-masa yang sudah berlalu, mengenang momen-momen yang sudah lama terlupakan. Ada banyak kenangan yang tersembunyi di balik setiap rasa. Ada rasa cinta, kekhawatiran, dan harapan."

Aku duduk lebih dekat, mendengarkan dengan seksama. Ibu melanjutkan, "Setiap kali kita makan bersama, Ibu merasa seperti menghidupkan kenangan-kenangan itu lagi. Makanan yang Ibu masak adalah cara Ibu menunjukkan kasih sayang, tanpa harus mengucapkannya."

Aku terdiam. Selama ini, aku hanya menganggap masakan Ibu sebagai makanan biasa, sesuatu yang hanya untuk mengenyangkan perut. Tapi sekarang, aku mulai memahami bahwa di balik setiap piring yang ia sajikan, ada banyak perasaan yang tersembunyi. Ibu tidak pernah terlalu banyak berbicara tentang perasaannya, tetapi ia selalu menyampaikan semuanya melalui masakan.

Ibu kemudian melanjutkan pekerjaannya, mencetak adonan kue menjadi bentuk-bentuk lucu yang aku kenal sejak kecil. Ibu lalu berkata "Ibu selalu ingin membuat rumah ini menjadi tempat yang penuh kehangatan. Begitu juga dengan masakan Ibu. Ibu ingin kalian, anak-anak Ibu, merasa diterima dan dicintai."

Aku tersenyum mendengar kata-kata itu. Meski sederhana, kata-kata Ibu penuh makna. Ibu mungkin tidak banyak berbicara, tetapi segala perasaan dan cintanya selalu tersampaikan melalui hal-hal kecil yang mungkin sering aku abaikan. Dalam setiap potongan sayur yang ia masak, dalam setiap rempah yang ia gunakan, Ibu menyampaikan sesuatu yang lebih besar dari sekadar rasa. Ibu menyampaikan rasa cinta yang tak terucapkan.

“Rani, apa kamu sudah memutuskan apa yang akan kamu lakukan setelah lulus nanti?” tanya Ibu, mengalihkan perhatianku dari pikiranku yang mulai melayang.

Aku terdiam sejenak. "Aku masih bingung, Bu. Banyak pilihan yang terbuka, tapi aku takut salah pilih."

Ibu tersenyum lembut. “Apapun pilihanmu, Ibu akan selalu mendukungmu. Yang terpenting adalah kamu tidak lupa pada diri sendiri, dan ingat bahwa dalam hidup ini, kita harus tetap saling berbagi, seperti makanan yang kita nikmati bersama.”

Aku merasa sedikit terharu mendengar kata-kata itu. Ibu selalu punya cara untuk menenangkan perasaanku, meskipun dengan cara yang tak biasa. Aku mulai menyadari bahwa segala hal yang Ibu lakukan, meski terlihat sederhana, adalah bentuk kasih sayang yang sangat dalam.

Cerita cerpen
Cerpen biasanya terkandung pesan yang ingin disampaikan oleh penulisnya, source: Pixabay

Contoh Cerita Cerpen: Sepasang Sepatu di Lorong Lama

Di sebuah kota kecil yang sering dilupakan oleh waktu, ada sebuah lorong yang tak banyak orang tahu. Lorong itu sempit, gelap, dan berdebu. Banyak yang bilang, lorong itu penuh dengan kenangan yang tersembunyi, kenangan yang tak ingin diingat lagi oleh siapa pun. Namun bagi Sarah, lorong itu adalah tempat yang penuh dengan kisah.

Sarah, seorang gadis muda yang baru pindah ke kota itu, selalu penasaran dengan lorong yang ada di belakang rumah sewaannya. Setiap kali pulang dari bekerja di kafe, matanya selalu tertuju pada lorong itu. Meskipun banyak orang yang menghindar, Sarah merasa seperti ada sesuatu yang menarik dirinya untuk menjelajahi tempat itu. “Apa yang ada di sana?” pikirnya, sambil melihat lorong yang semakin lama semakin tampak misterius.

Pada suatu sore yang mendung, rasa penasaran Sarah akhirnya mengalahkan keraguannya. Dengan langkah hati-hati, ia menyusuri lorong yang sempit itu. Tembok-tembok di kanan kirinya terlihat kusam, dengan lukisan-lukisan lama yang hampir pudar warnanya. Beberapa pintu yang tak terpakai tampak tertutup rapat, seolah tidak ingin dibuka. Namun, Sarah merasa ada yang aneh di sana. Ada sesuatu yang membuatnya ingin melangkah lebih jauh.

Di ujung lorong, ada sebuah pintu kayu yang terlihat sedikit terbuka. Sarah mendekat, mencoba memeriksa dengan cermat. Di balik pintu itu, ia menemukan sebuah ruangan yang hampir terlupakan. Ruangan itu dipenuhi dengan barang-barang lama yang tertutup debu. Namun, ada satu hal yang menarik perhatian Sarah. Di tengah ruangan itu, tergeletak sepasang sepatu usang. Sepatu itu tampak biasa saja, dengan warna cokelat yang sudah memudar, dan solnya yang sudah hampir habis. Namun, entah mengapa, sepatu itu terlihat sangat mencolok bagi Sarah.

Sarah mendekat, memandang sepatu itu dengan lebih dekat. Ada sesuatu yang terasa berbeda tentang sepatu itu. Di atas salah satu sepatu, tergores nama yang hampir tak terbaca. Sarah menatap lebih lama, berusaha mengenali tulisan itu. Perlahan, ia bisa membaca nama itu: "Rina."

“Tunggu… Rina? Siapa itu?” pikir Sarah. Ia merasa seakan sepatu itu punya cerita, cerita yang ingin disampaikan, namun tak bisa. Sarah merasa seperti ada ikatan tak terjelaskan antara dirinya dan sepatu itu.

Ia mengambil sepatu itu dan duduk di sudut ruangan yang lebih terang. Dari balik jendela yang kotor, sinar matahari yang redup masuk, menerangi wajah Sarah yang tampak penuh pertanyaan. Rasa penasaran semakin membelainya, mendorongnya untuk mencari tahu lebih jauh tentang sepatu itu dan siapa pemiliknya.

Beberapa hari kemudian, Sarah mulai bertanya pada orang-orang sekitar mengenai sepatu itu. Setiap kali ia menyebutkan nama “Rina,” sebagian besar orang yang ia temui hanya menunduk atau menghindari pandangannya. Tak ada yang mau menjawab, seolah nama itu membawa luka yang tak bisa disembuhkan.

Namun, Sarah tidak berhenti. Ia akhirnya bertemu dengan seorang wanita tua yang tinggal tak jauh dari lorong itu. Wanita itu tampak mengenali sepatu yang dimaksud, dan perlahan ia mulai bercerita. “Rina adalah seorang gadis muda yang dulu tinggal di sini,” kata wanita itu dengan suara bergetar. “Dia adalah sosok yang ceria, penuh semangat, selalu mengenakan sepatu itu ke mana pun ia pergi. Tapi suatu hari, ia menghilang. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi padanya. Lorong ini menjadi gelap setelah itu.”

Wanita itu terdiam, seolah kenangan tentang Rina sangat menyakitkan untuk diingat. Sarah mendengarkan dengan hati-hati, merasakan ketegangan dalam cerita itu.

Ternyata, sepatu itu adalah milik Rina, seorang gadis yang memiliki impian besar, namun akhirnya harus menghilang tanpa jejak. Sepatu itu, meskipun tampak usang, menyimpan sejuta kenangan tentang seorang gadis yang tidak pernah benar-benar meninggalkan lorong itu. Mungkin, sepasang sepatu itu adalah sisa-sisa dari impian yang tidak pernah terwujud.

Sarah memutuskan untuk menjaga sepatu itu, sebagai pengingat tentang betapa berharganya setiap langkah yang kita ambil dalam hidup. Seperti sepatu itu yang usang dan terlupakan, kita mungkin tidak selalu dikenang, tetapi setiap langkah yang kita ambil akan selalu meninggalkan jejak.

Contoh Cerita Singkat: Antara Keluarga dan Impian

cerpen singkat
Cerpen dapat ditulis dengan berbagai tema, source: Pixabay

Di sebuah desa kecil yang terletak di pinggiran kota, hiduplah seorang pemuda bernama Arief. Sejak kecil, Arief sudah terbiasa dengan kehidupan yang sederhana. Keluarganya terdiri dari ayah, ibu, dan seorang adik perempuan yang sangat ia sayangi, Anita. Ayahnya bekerja sebagai petani, sedangkan ibunya membantu di rumah dan mengurus segala keperluan keluarga. Meskipun hidup dalam keterbatasan, mereka selalu bersama, saling mendukung satu sama lain.

Arief selalu memiliki impian yang besar. Sejak kecil, ia bercita-cita untuk menjadi seorang dokter. Baginya, menjadi dokter adalah jalan untuk mengubah hidup keluarganya yang sederhana ini. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk orang tua dan adiknya, serta membawa mereka keluar dari kehidupan yang penuh keterbatasan.

Namun, impian besar Arief tidaklah mudah tercapai. Di tengah kesulitan ekonomi keluarga, biaya pendidikan untuk melanjutkan sekolah ke kota sangatlah tinggi. Setiap kali ia membicarakan keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, ayahnya selalu mengalihkan pembicaraan. Ayahnya tidak pernah mengatakan secara langsung bahwa ia tidak mampu membiayai pendidikan Arief, tetapi Arief bisa merasakan ketegangan di wajah orang tuanya.

“Arief, kamu tahu kan kita hanya keluarga petani. Biaya untuk kuliah itu sangat mahal. Mungkin kamu bisa mulai bekerja dan membantu keluarga,” kata ayahnya pada suatu malam, setelah makan malam yang sederhana.

Arief terdiam. Kata-kata itu bagaikan petir yang menyambar hatinya. Di satu sisi, ia sangat ingin membantu keluarga, tetapi di sisi lain, ia juga ingin mengejar impian yang sudah lama ia pendam. Impian untuk menjadi dokter, untuk melihat orang tuanya tersenyum bahagia karena kesuksesan yang ia raih, tampak semakin jauh dari jangkauan.

Hari demi hari berlalu, Arief merasa semakin tertekan. Ia bekerja paruh waktu di sebuah toko kelontong di desa untuk membantu keluarganya. Meskipun pekerjaannya tidak berat, tetapi hatinya selalu merasa gelisah. Setiap malam, saat ia menatap bintang di langit, impian itu kembali mengusik pikirannya. “Apakah aku harus menyerah?” pikirnya.

Di sisi lain, Anita, adiknya, selalu mendukung Arief. “Kak, aku yakin kamu bisa. Jangan menyerah,” kata Anita dengan penuh keyakinan. Ia tahu betul betapa besar impian kakaknya dan seberapa keras Arief berjuang untuk mencapainya.

Suatu hari, Arief mendapat kabar bahwa ada beasiswa untuk kuliah kedokteran di sebuah universitas ternama di kota. Beasiswa itu hanya tersedia untuk satu orang, dan Arief merasa ini adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan. Namun, ada satu masalah besar: ia harus segera mengumpulkan biaya pendaftaran yang cukup besar. Tanpa berpikir panjang, Arief memutuskan untuk berbicara dengan orang tuanya.

“Ibu, Ayah, ada beasiswa untuk kuliah kedokteran. Aku bisa mendapatkan kesempatan ini, tapi aku perlu biaya pendaftaran. Aku ingin mengejar impian ini, tetapi aku juga tidak ingin mengecewakan kalian,” kata Arief, sambil menatap kedua orang tuanya.

Ayahnya memandangnya dengan tatapan serius. “Arief, kami tahu kamu punya impian besar. Tapi kami juga tidak bisa memberi lebih banyak lagi. Kami hanya bisa memberi apa yang kami punya.”

Arief merasakan hatinya berat, tetapi ia juga tidak bisa menahan impian yang sudah ia pelihara bertahun-tahun. Tanpa menyerah, ia mencari berbagai cara untuk mengumpulkan biaya pendaftaran. Ia bekerja lebih keras di toko, mengumpulkan uang sedikit demi sedikit. Begitu juga dengan Anita yang mulai membantu menjual kue-kue buatannya untuk mengumpulkan dana.

Akhirnya, setelah berbulan-bulan berjuang, Arief berhasil mengumpulkan cukup uang untuk mendaftar kuliah. Ketika ia mengirimkan berkas pendaftaran, perasaan cemas dan harapan bercampur menjadi satu. Ia tahu bahwa perjalanan ini belum selesai, namun ia sudah mengambil langkah pertama yang besar menuju impian itu.

Setelah beberapa minggu, Arief menerima surat yang sangat dinantikan. Dengan gemetar, ia membuka surat itu. Ternyata, Arief diterima di universitas kedokteran dengan beasiswa penuh. Kebahagiaan meluap dalam dirinya, tetapi di saat yang sama, ia juga merasa terharu melihat betapa besar pengorbanan keluarganya.

“Aku berhasil, Bu, Ayah!” teriak Arief sambil memeluk orang tuanya. Mereka menangis bersama, tidak hanya karena kebahagiaan, tetapi juga karena perjuangan yang telah dilalui bersama.

Contoh cerpen yang berjudul "Aku dan Impianku", source: YouTube

Di Mana Tempat Mencari Guru Privat Bahasa Indonesia Terbaik? Tentu di Superprof!

Mempelajari cerita cerpen tidak hanya tentang membaca, tetapi juga menulis dan mengembangkan kemampuan bahasa Indonesia kita. Nah, kalau kamu ingin lebih dalam lagi memahami cerpen bahasa Indonesia atau ingin belajar menulis cerpen yang lebih baik, coba deh cari guru privat bahasa Indonesia terbaik di Superprof! Kamu juga bisa mempelajari ceramah singkat loh!

Dengan mencari guru privat bahasa Indonesia di Superprof, kamu bisa mendapatkan bimbingan langsung untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen, memahami kumpulan cerita pendek, dan belajar cara membuat cerpen singkat dan jelas yang menarik. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo cari guru bahasa Indonesia di Superprof sekarang!

Apa Anda menyukai artikel ini? Berikan penilaian Anda

5.00 (1 nilai)
Loading...

Kurniawan

Seseorang yang senang berbagi ilmu dan pengetahuan yang diharapkan akan bermanfaat bagi banyak orang