Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak bisa lepas dari peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa ini memiliki makna yang mendalam terhadap kemerdekaan Republik Indonesia. Tidak hanya nama bagi suatu wilayah, Peristiwa Rengasdengklok menjadi saksi bisu sejarah panjang perjalanan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Apa yang Anda ingat dari peristiwa Rengasdengklok? Kapan peristiwa Rengasdengklok terjadi? Dan apa tujuan dari peristiwa Rengasdengklok? Yuk simak penjabaran berikut ini.
Secara garis besar, latar belakang peristiwa rengasdengklok terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda terkait pelaksanaan proklamasi kemerdekaan.
Meskipun dapat dikatakan peristiwa ini merupakan penculikan, tanpa adanya peristiwa Rengasdengklok yang dilakukan oleh golongan muda, mungkin saja proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak akan pernah terwujud.
Adapun tokoh-tokoh yang termasuk dalam golongan tua adalah Soekarno, Mohammad Hatta, Ahmad Soebardjo, Moh. Yamin, dan Iwa Kusumasumantri. Sementara, tokoh-tokoh yang berada di balik golongan muda adalah Chaerul Saleh, Sukarni, Adam Malik, Muwardi, Wikana, dan B. M. Diah.
Perbedaan pendapat golongan muda dan tua ini menjadi perjalanan yang bersejarah karena mengantarkan Indonesia untuk memperoleh kemerdekaannya. Dengan mengetahui, rentetan perjalanan dan perjuangan meraih kemerdekaan, kita dapat lebih menghargai dan mencintai tanah air.
Ada banyak hal yang dapat diperoleh dengan belajar sejarah, guru privat membantu Anda mengetahui sejarah dan menambah wawasan seputar informasi perkembangan dunia.
Baca juga: Sejarah BPUPKI di Indonesia
Kronologi Kejadian Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok adalah salah satu momen bersejarah yang terjadi menjelang kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini terjadi setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.
Pada 15 Agustus 1945, sekelompok pemuda yang mewakili golongan muda mengadakan pertemuan di Pegangsaan Timur, Jakarta. Rapat ini dipimpin oleh Chaerul Saleh dan bertujuan untuk membahas langkah selanjutnya dalam pengumuman Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Dalam rapat tersebut, golongan muda sepakat bahwa kemerdekaan Indonesia adalah keputusan rakyat Indonesia yang sudah waktunya diumumkan tanpa adanya intervensi dari pihak luar, khususnya Jepang.
Sebagai bagian dari aksi untuk mempercepat proklamasi, pada malamnya, golongan muda mengutus dua wakil mereka, yakni Wikana dan Darwis, untuk menemui Soekarno dan Hatta. Mereka mendesak kedua tokoh tersebut untuk segera menyetujui pengumuman Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 16 Agustus 1945.
Untuk menekan mereka, golongan muda bahkan mengancam akan terjadi pergolakan besar jika permintaan tersebut ditolak. Namun, saat pertemuan tersebut berlangsung, Soekarno dan Hatta menolak untuk segera mengumumkan proklamasi.
Alasannya adalah karena mereka merasa tidak bisa melepas tanggung jawab mereka sebagai ketua PPKI dan menginginkan proses yang lebih matang dan terencana.
Meskipun demikian, golongan muda tidak tinggal diam. Setelah penolakan tersebut, mereka kembali menggelar pertemuan di Jalan Cikini 71. Dalam rapat itu, mereka memutuskan untuk melakukan penculikan terhadap Soekarno dan Hatta dan membawanya ke Rengasdengklok, sebuah daerah yang terletak jauh dari Jakarta.
Tujuan dari penculikan ini adalah untuk menjauhkan kedua tokoh tersebut dari pengaruh Jepang dan memaksa mereka untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Setelah penculikan itu, Soekarno dan Hatta akhirnya setuju untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Pada 17 Agustus 1945, setelah kembali ke Jakarta, mereka mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di hadapan Shodanco Singgih.
Proklamasi tersebut menjadi tonggak sejarah yang menandai kemerdekaan Indonesia yang akhirnya diakui oleh dunia internasional. Proklamasi tersebut dibacakan di depan kediaman Soekarno, tepat pada pukul 10.00 WIB, dengan pengibaran bendera merah putih diiringi oleh para tokoh kemerdekaan.
Baca juga: Latar belakang dibentuknya ASEAN
Perbedaan Pendapat Golongan Tua dan Muda
Peristiwa Rengasdengklok tidak dapat dipisahkan dari perbedaan golongan muda dan golongan tua mengenai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Apa perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua tentang proklamasi itu?
Golongan tua, yang terdiri dari tokoh-tokoh berpengalaman dalam pergerakan kemerdekaan seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebardjo, berpendapat bahwa Indonesia harus melaksanakan proklamasi kemerdekaan setelah berunding dengan PPKI dan pemerintah Jepang.
Hal ini dikarenakan keinginan golongan tua agar mengamankan dukungan internasional dan memastikan bahwa negara yang baru merdeka ini memiliki dasar yang kokoh dan persiapan yang matang. Mereka khawatir jika proklamasi dilakukan terburu-buru, Indonesia akan mengalami kesulitan dalam membangun negara baru tanpa dukungan yang cukup.
Sebaliknya, Pendapat golongan muda yang terdiri dari tokoh-tokoh seperti Sukarni, Wikana, Chaerul Saleh, dan Sayuti Melik, bahwa proklamasi kemerdekaan harus segerakan tanpa menunggu persetujuan dari pihak manapun, termasuk Jepang dan PPKI.
Mereka merasa bahwa momentum untuk meraih kemerdekaan sudah tiba dan tidak bisa ditunda lagi. Golongan muda menilai bahwa Indonesia harus segera memproklamasikan kemerdekaannya untuk menghindari campur tangan Jepang yang sudah lemah akibat perang dunia kedua.
Golongan muda juga merasa bahwa proklamasi kemerdekaan harus menjadi keputusan yang diambil oleh rakyat Indonesia sendiri, tanpa tergantung pada pihak luar.
Perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda ini menjadi salah satu pemicu terjadinya peristiwa Rengasdengklok. Golongan muda ingin mempercepat proses kemerdekaan, sementara golongan tua ingin memastikan semua hal dilakukan dengan hati-hati dan terencana.
Ketegangan ini akhirnya membawa pada aksi penculikan yang dipimpin oleh golongan muda untuk memaksa golongan tua agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Tokoh-Tokoh Penting Peristiwa Rengasdengklok
Dalam peristiwa Rengasdengklok, banyak tokoh penting yang terlibat. Mereka berasal dari golongan tua maupun golongan muda, dan masing-masing memiliki peran krusial dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Soekarno

Soekarno adalah tokoh sentral dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebagai pemimpin golongan tua dan Ketua BPUPKI, peran Soekarno dalam merumuskan dasar negara Indonesia dan sebagai pembaca teks proklamasi sangat penting. Meskipun sempat diculik oleh golongan muda dalam peristiwa Rengasdengklok, Soekarno akhirnya setuju untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Mohammad Hatta
Mohammad Hatta, Wakil Presiden pertama Republik Indonesia, merupakan salah satu 37 tokoh proklamasi yang berperan besar dalam perumusan teks proklamasi. Ia juga ikut serta dalam perjalanan diplomasi Indonesia, termasuk pertemuan dengan pihak Jepang untuk membahas kemerdekaan. Hatta memiliki peran penting dalam memberikan ide kalimat yang ada dalam teks proklamasi.
Radjiman Widyoniningrat
Radjiman Widyoniningrat adalah Seorang Ketua BPUPKI. peran tokoh proklamasi ini adalah mempersiapkan dasar negara Indonesia. Ia adalah tokoh golongan tua yang berpengalaman dalam politik dan diplomasi, serta memiliki pengaruh besar dalam proses kemerdekaan Indonesia.
Ahmad Soebardjo
Ahmad Soebardjo adalah salah satu tokoh golongan tua yang berperan dalam mengatur proses diplomasi antara Indonesia dan Jepang. Ia juga terlibat dalam upaya membebaskan Soekarno dan Hatta dari penculikan yang dilakukan golongan muda.
Chaerul Saleh

Chaerul Saleh adalah salah satu tokoh golongan muda yang sangat berperan dalam proses proklamasi. Ia memimpin rapat-rapat penting yang diadakan golongan muda, termasuk rapat di Cikini yang menjadi awal dari penculikan Soekarno dan Hatta. Chaerul Saleh juga dikenal sebagai pemuda yang sangat gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Darwis
Darwis proklamasi adalah salah satu tokoh penting dalam peristiwa Rengasdengklok yang terlibat dalam rapat-rapat golongan muda. Ia juga merupakan salah satu orang yang menghubungi Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Sayuti Melik
Sayuti Melik adalah salah satu dari tokoh kemerdekaan dan perannya adalah sebagai juru ketik teks proklamasi. Perannya sangat vital dalam proses penyusunan teks proklamasi yang akhirnya dibacakan oleh Soekarno pada 17 Agustus 1945.
Soekarni
Soekarni adalah salah satu tokoh golongan muda yang terlibat dalam penculikan Soekarno dan Hatta. Ia juga dikenal sebagai tokoh yang mendesak agar proklamasi kemerdekaan dilakukan segera tanpa menunggu persetujuan dari pihak Jepang.
Wikana
Wikana adalah tokoh golongan muda yang menjadi salah satu penggerak utama dalam peristiwa Rengasdengklok. Ia ikut serta dalam rapat-rapat golongan muda dan memimpin usaha untuk menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.
Baca juga: Latar belakang perjanjian Linggarjati
Hasil Kesepakatan Dari Peristiwa Rengasdengklok

Di Rengasdengklok, Soekarno-Hatta terus didesak untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun, Soekarno pun terus menolak karena Soekarno tidak dapat melepas tanggung jawabnya sebagai ketua PPKI dan akan mendiskusikan hal ini bersama wakil-wakil PPKI di keesokan harinya. Dan inilah yang memicu peristiwa Rengasdengklok, Soekarno-Hatta diculik dan dibawa ke Rengasdengklok oleh golongan muda.
Golongan muda memaksa Soekarno-Hatta untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan yang terlepas dari pengaruh Jepang. Syodanco Singgih sebagai perwakilan golongan muda kembali berusaha untuk berbicara dengan Soekarno agar dapat memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur tangan Jepang. Akhirnya, Soekarno setuju melakukannya dengan catatan; proklamasi akan dilakukan saat Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta. Golongan muda pun berniat untuk kembali ke Jakarta.
Di sisi lain, diadakan pertemuan antara golongan tua yang diwakilkan oleh Ahmad Soebardjo dengan golongan muda yang diwakilkan oleh Wikana di Jakarta. Didapatkan hasil kesepakatan untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan di Jakarta. Ahmad Soebardjo lah yang kemudian menjemput Soekarno-Hatta dari Rengasdengklok. Nyawa Ahmad Soebardjo menjadi jaminan untuk membawa Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta dan memastikan bahwa proklamasi akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945. .
Peristiwa Rengasdengklok ini secara tidak langsung mempercepat terjadinya proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia. Maka, jika pertanyaannya adalah apa hasil kesepakatan dari peristiwa Rengasdengklok, dapat bersama kita simpulkan bahwa golongan muda dan golongan tua bersepakat untuk melakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta dan tanpa campur tangan dari Jepang.
Keberanian golongan muda untuk membawa dan mengasingkan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok membawa sejarah besar terhadap bangsa Indonesia. Kendati demikian, hal ini juga tidak bisa lepas dari perjuangan seluruh rakyat Indonesia untuk bersama menjaga dan meraih kemerdekaan.
Mengetahui sejarah kemerdekaan Indonesia ini tentu saja bermanfaat untuk menumbuhkan cinta tanah air dan jiwa bela negara. Belajar bersama guru privat akan membantu Anda lebih dari sekadar pemahaman sejarah, melainkan juga memaknai dari setiap perjalanan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Baca juga: Tujuan dibentuknya APEC
Dapatkan guru privat Sejarah terbaik bersama Superprof.










artikel yang sangat membantu dalam mengerjakan tugas
Alhamdulillah jika dirasa bermanfaat :)