Taukah Anda apa itu hikayat? Hikayat merupakan bentuk kisah panjang yang sarat dengan nilai-nilai budaya, moral, dan juga sejarah. Hikayat telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan sastra dan tradisi suatu masyarakat. Hikayat adalah sebuah jendela yang membawa kita kembali ke zaman-zaman lampau, memperkenalkan pahlawan-pahlawan yang gagah dan berani juga mengingatkan betapa hebatnya perjuangan mereka. Di sisi lain, hikayat juga menggambarkan latar belakang suatu budaya yang kaya dan khas. Melalui kisah-kisah epik yang mengalir dengan bahasa yang indah dan penuh makna, teks hikayat mampu menyampaikan pelajaran tentang kemanusiaan, romansa, pengorbanan, serta keberanian. Dari legenda-legenda yang menghiasi masa lalu hingga hikayat-hikayat modern yang masih relevan, mari kita telusuri bagaimana hikayat telah menjadi cermin kehidupan dan pewaris nilai-nilai tak ternilai dari generasi ke generasi.
Pengertian Hikayat

Hikayat merupakan salah satu bentuk sastra naratif yang di dalamnya berisikan kisah, cerita, atau dongeng panjang yang sering kali mengandung unsur-unsur mitos, legenda, atau sejarah. Cerita hikayat biasanya berisi kisah tentang petualangan pahlawan atau tokoh-tokoh dalam lingkungan budaya atau masyarakat tertentu.
Kata hikayat merupakan serapan dari bahasa Arab yaitu “haka” yang berarti cerita. Sedangkan secara harfiah, kata hikayat berarti kenang-kenangan yang merupakan sinonim dari riwayat atau tarikh.
Dari pengertian diatas apakah menurut Kalian cerita hikayat sama dengan cerita fabel?
Karakteristik Hikayat
Hikayat memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dari jenis sastra lainnya, seperti cerpen atau novel modern. Karakteristik ini merupakan elemen penting yang membuat hikayat memiliki ciri khas yang unik.
Anonim
Salah satu ciri ciri hikayat yang paling menonjol adalah sifat anonimnya. Dalam hikayat, nama pengarang jarang disebutkan secara eksplisit, atau bahkan tidak diketahui sama sekali. Hal ini disebabkan karena hikayat seringkali merupakan karya sastra rakyat yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi sebelum akhirnya dituliskan. Karena bersifat anonim, hikayat tidak terikat pada satu pengarang tertentu, tetapi lebih sebagai milik kolektif masyarakat.
Istanasentris
Latar tempat dari penggalan hikayat biasanya adalah istana atau kerajaan. Sebagian besar cerita hikayat berlatar di lingkungan kerajaan atau istana. Kehidupan tokoh-tokoh penting seperti raja, pangeran, atau prajurit menjadi pusat cerita. Hikayat sering kali menggambarkan intrik politik di dalam istana, perebutan tahta, peperangan, atau kisah cinta di antara anggota keluarga kerajaan. Kehidupan istana ini menunjukkan bahwa hikayat cenderung fokus pada kelas bangsawan dan penguasa, yang disebut dengan istilah istanasentris.
Kesaktian
Tokoh Kesaktian tokoh adalah salah satu elemen yang penting dalam hikayat. Tokoh-tokoh dalam hikayat sering kali digambarkan memiliki kekuatan atau kesaktian yang luar biasa, yang tidak dimiliki oleh manusia biasa. Kesaktian ini sering kali digambarkan dalam bentuk keajaiban yang tidak masuk akal, seperti tokoh yang tidak terkalahkan dalam pertempuran atau mampu melakukan hal-hal luar biasa. Misalnya, dalam "Hikayat Hang Tuah", Hang Tuah digambarkan sebagai pahlawan yang memiliki kesaktian mistis, yang membuatnya tidak terkalahkan.
Magis dan Khayalan
Kisah dalam hikayat sering kali dipenuhi dengan unsur magis dan khayalan. Hikayat tidak terbatas pada hal-hal yang logis dan rasional, tetapi seringkali mencampurkan elemen fantastis dan supranatural yang menambah daya tarik cerita. Misalnya, dalam beberapa hikayat, terdapat kisah tokoh yang bisa berubah menjadi makhluk lain atau memiliki benda-benda magis. Contohnya, teks hikayat singkat dapat menceritakan tentang putri yang berubah menjadi bunga atau pahlawan yang mampu mengalahkan pasukan besar hanya dengan satu tebasan pedang.
Bahasa Arkais
Salah satu ciri khas yang sangat menonjol dari hikayat adalah penggunaan bahasa arkais. Kebahasaan teks hikayat menggunakan kosakata kuno yang jarang digunakan dalam bahasa modern, seperti kata-kata "hatta", "syahdan", dan "sebermula". Kosakata-kosakata ini memberikan sentuhan klasik pada cerita dan mempertegas bahwa hikayat adalah karya sastra yang berasal dari masa lalu. Penggunaan kata arkais ini juga menunjukkan bahwa hikayat memiliki nilai sejarah yang kuat.
Jika kalian juga ingin memahami ciri syair, ikutilah artikel Kami lainnya!
Kaidah Kebahasaan Teks Hikayat

Kaidah kebahasaan dalam hikayat mencerminkan nilai-nilai klasik dan tradisi lisan dari mana hikayat itu berasal. Berikut adalah beberapa kaidah kebahasaan yang khas dalam hikayat:
Penggunaan Kata Arkais
Seperti yang telah disebutkan, teks hikayat banyak menggunakan kata-kata arkais atau kosakata kuno yang tidak lagi digunakan dalam bahasa sehari-hari saat ini. Kata-kata seperti "hatta" (kemudian), "syahdan" (dikatakanlah), dan "sebermula" (pada mulanya) sering muncul dalam hikayat. Kata-kata ini memberi kesan formal dan kuno, sekaligus menunjukkan bahwa hikayat adalah karya sastra lama.
Konjungsi Temporal
Konjungsi temporal atau kata penghubung waktu sering digunakan dalam hikayat untuk menunjukkan urutan peristiwa. Konjungsi seperti "sebermula", "pada suatu hari", dan "ketika itu" sering digunakan untuk membantu pembaca atau pendengar mengikuti alur cerita yang panjang. Karena banyaknya peristiwa yang terjadi dalam hikayat, penggunaan konjungsi temporal sangat penting untuk menjaga keteraturan narasi.
Penggunaan Majas
Hikayat sering kali menggunakan majas hiperbola atau ungkapan berlebihan untuk menekankan kesaktian atau keajaiban tokoh dalam cerita. Misalnya, kalimat "Pedangnya mampu membelah gunung hanya dengan sekali tebasan" adalah contoh majas hiperbola yang sering ditemukan dalam hikayat. Penggunaan majas ini menambah dramatisasi dan keajaiban dalam cerita, membuat pembaca atau pendengar semakin terkesan dengan kehebatan tokoh utama.
Dialog Formal
Dialog antar tokoh dalam hikayat disajikan dalam gaya bahasa yang sangat formal, sesuai dengan latar belakang cerita yang biasanya berada di lingkungan istana atau kerajaan. Dialog dalam hikayat penuh dengan sopan santun dan kehormatan, mencerminkan struktur hierarki dalam masyarakat kerajaan. Bahasa formal ini juga memberikan kesan keagungan dan kekhidmatan pada cerita.
Struktur Cerita Hikayat
Setiap hikayat memiliki struktur cerita hikayat yang khas dan teratur. Struktur ini membantu pembaca memahami alur cerita dari awal hingga akhir.
Abstrak
Abstrak adalah ringkasan singkat atau gambaran awal tentang isi cerita yang akan disampaikan. Meskipun tidak semua hikayat memiliki abstrak, ketika ada, bagian ini memberikan petunjuk awal tentang tema utama atau peristiwa penting dalam cerita. Abstrak sering kali membantu pembaca atau pendengar memahami inti cerita sebelum terjun ke dalam detail narasi.
Orientasi
Orientasi adalah bagian yang memperkenalkan latar cerita, baik itu istana, hutan, atau kerajaan tertentu, serta pengenalan tokoh-tokoh utama dan peran mereka dalam cerita. Latar tempat dari hikayat adalah bagian yang sangat penting karena memberikan konteks tentang waktu dan tempat kejadian dalam cerita.
Komplikasi
Bagian komplikasi dalam hikayat adalah puncak dari permasalahan atau konflik yang dialami oleh tokoh utama. Konflik ini bisa berupa perebutan kekuasaan, pertempuran antara kebaikan dan kejahatan, atau intrik politik dalam kerajaan. Bagian komplikasi ini menggerakkan alur cerita dan menambah ketegangan.
Resolusi
Resolusi adalah penyelesaian dari konflik yang terjadi dalam cerita. Biasanya, dalam hikayat, tokoh utama menghadapi berbagai tantangan, tetapi akhirnya menang atas musuh atau menemukan solusi untuk masalah yang dihadapinya. Resolusi ini sering kali ditandai dengan kemenangan kebaikan atas kejahatan.
Koda
Koda adalah bagian penutup yang menyampaikan pesan atau amanat moral dari cerita. Hikayat sering kali ditutup dengan pesan moral yang jelas, di mana pembaca atau pendengar diingatkan tentang pentingnya nilai-nilai seperti kebaikan, kesetiaan, atau kejujuran.
Unsur Hikayat
Untuk memahami teks hikayat, kita perlu mengidentifikasi unsur-unsur penting yang membentuk keseluruhan cerita. Berikut adalah unsur-unsur hikayat yang perlu diketahui:
Tema
Tema adalah gagasan utama yang mendasari cerita hikayat. Tema-tema yang umum dalam hikayat meliputi kepahlawanan, cinta, pengkhianatan, dan keajaiban.
Tokoh dan Penokohan
Tokoh dalam hikayat biasanya terdiri dari pahlawan, raja, pangeran, atau makhluk mistis. Penokohan dalam hikayat sering kali hitam-putih, dengan tokoh utama digambarkan sebagai sosok yang sangat baik, sementara lawannya digambarkan sebagai sosok yang sangat jahat.
Alur
Alur dalam hikayat bersifat linier, mengikuti urutan waktu yang teratur dari awal hingga akhir cerita. Materi hikayat kelas 10 sering kali mengajarkan tentang alur sederhana yang mudah dipahami oleh siswa.
Latar
Latar dalam hikayat sering kali adalah istana, hutan, atau kerajaan, memberikan konteks yang kuat terhadap cerita. Latar ini penting dalam menentukan suasana dan setting dari kisah tersebut.
Amanat
Amanat adalah pesan moral yang disampaikan melalui cerita hikayat. Nilai-nilai seperti kebaikan, kejujuran, kesetiaan, dan keberanian sering kali ditekankan.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam hikayat cenderung formal, menggunakan banyak kosakata kuno dan ungkapan yang indah. Gaya ini menambah keanggunan dan nilai sastra yang tinggi dalam teks hikayat.
Dengan memahami karakteristik hikayat, kaidah kebahasaan teks hikayat, dan struktur cerita hikayat, kita dapat lebih menghargai karya sastra Melayu ini sebagai bagian penting dari warisan budaya yang kaya.
Jenis Teks Hikayat

Berdasarkan isinya teks hikayat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu :
- Hikayat sejarah, yaitu teks hikayat yang di dalamnya berisi tentang sejarah, atau menceritakan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah.
- Hikayat keagamaan, yaitu teks hikayat yang memuat ajaran agama, tokoh-tokoh disertai peristiwa yang berkaitan dengan agama atau spiritual. Teks hikayat ini penuh dengan nilai moral dan pesan-pesan agama.
- Hikayat peritiwa, yaitu hikayat yang menceritakan tentang suatu peristiwa besar penuh dengan keajaiban dan mukjizat.
- Hikayat Cerita, yaitu teks hikayat yang berisikan cerita tentang romansa. Contoh cerita hikayat yang begitu kita kenal yaitu “hikayat malin kundang”
- Hikayat Biografi, yaitu teks hikayat yang biasanya berfokus terhadap satu tokoh utama saja. Dan keseluruhan alur cerita di dalamnya hanya menceritakan segala hal tentang tokoh tersebut. Misalnya seperti latar belakang seorang tokoh masyarakat yang dianggap sangat berpengaruh dan berjasa, tentang bagaimana kisah hidupnya, juga segala konflik serta peristiwa ajaib yang terjadi padanya.
Itulah jenis hikayat, lalu bagaimana dengan jenis kalimat majemuk? Apakah Kalian sudah mengerti perbedaannya?
Contoh Teks Hikayat Singkat
Berikut ini kumpulan cerita hikayat yang dapat kita simak :
- Hang Tuah
Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orang di Sungai Duyung mendengar kabar tentang Raja Bintan yang baik dan sopan kepada semua rakyatnya.
Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya yang bernama Dang Merdu, ”Ayo kita pergi ke Bintan, negeri yang besar itu, apalagi kita ini orang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebih mudah mencari pekerjaan.” Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit.
Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmud pun terbangun dan mengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau seperti wangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsung memandikan dan melulurkan anaknya.
Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain, baju, dan ikat kepala serba putih. Lalu Dang Merdu memberi makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam, ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untuk Hang Tuah. Setelah selesai dipeluknyalah anaknya itu. Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya, ”Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik, jangan diberi main jauh-jauh.”
Keesokan harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untuk persediaan. Lalu ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orang yang mati dan luka-luka. Orang-orang pemilik toko meninggalkan tokonya dan melarikan diri ke kampong. Gemparlah negeri Bintan itu dan terjadi kekacauan di mana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah, ”Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke kampung?”
Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu, ”Negeri ini memiliki prajurit dan pegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya.” Waktu ia sedang berbicara, ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang Tuah sambil menghunuskan kerisnya. Maka ibunya berteriak dari atas toko, katanya, ”Hai, anakku, cepat lari ke atas toko!”
Hang Tuah mendengarkan kata ibunya, ia pun langsung bangkit berdiri dan memegang kapaknya menunggu amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datang ke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah pun melompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkan kapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelah kepala orang itu dan mati.
Maka kata seorang anak yang menyaksikannya, “Dia akan menjadi perwira besar di tanah Melayu ini.” Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu. Mereka pun langsung berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat dan Hang Kesturi bertanya kepadanya, ”Apakah benar engkau membunuh pemberontak dengan kapak?”
Hang Tuah pun tersenyum dan menjawab, “Pemberontak itu tidak pantas dibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu.”
Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sang Hang Tuah. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja. Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hati kepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja.
Maka saat sang Baginda sedang duduk di tahtanya bersama para bawahannya, Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalu menyembah Sang Raja, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, ada banyak berita tentang pengkhianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita itu sudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai saya.”
Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalu bertanya, “Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?”
Maka seluruh menteri-menteri itu menjawab, “Hormat tuanku, pegawai saya yang hina tidak berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan hal ini.”
Maka Baginda bertitah, “Hai Tumenggung, katakan saja, kita akan membalasnya.”
Maka Tumenggung menjawab, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, untuk datang saja hamba takut karena yang melakukan hal itu, tuan sangat menyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya karena jika tidak, alangkah buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu.”
Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu, maka Baginda bertitah, “Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?” Maka Tumenggung menjawab, “Siapa lagi yang berani melakukannya selain Hang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada hamba, hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba melihat Hang Tuah sedang berbicara dengan seorang perempuan di istana tuan ini. Perempuan tersebut bernama Dang Setia. Hamba takut ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hamba dengan dikawal datang untuk mengawasi mereka.”
Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarna merah padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu, “Pergilah, singkirkanlah Si Durhaka itu!” Maka Hang Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negeri itu, tetapi si Tuah tidak mati karena si Tuah itu perwira besar, apalagi dia menjadi wali Allah.
Kabarnya sekarang ini Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana ia duduk menjadi raja segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun Raja ingin bertemu dengan seseorang, lalu ditanyainya orang itu dan ia berkata, “Tidakkah Tuan ingin mempunyai istri?” Lalu jawabnya, “Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.”
Pertanyaan:
Latar tempat dari penggalan hikayat tersebut adalah.....
Klik di sini untuk melihat jenis dan contoh pantun yang baik dan benar!
- Cerita Rakyat Hikayat “Abu Nawas dan Lalat”

Suatu hari Baginda Raja membongkar rumah dan tanah Abu Nawas begitu saja untuk menemukan emas dan permata. Namun, ternyata emas dan permata yang katanya berada di dalam tanah milik Abu Nawas hanyalah rumor. Setelah tidak menemukan emas dan permata, Baginda Raja bukannya meminta maaf dan mengganti kerugian, tetapi malah pergi begitu saja.
Abu Nawas pun marah dan ingin balas dendam. Saat sedang makan bersama istrinya, dia menemukan seekor lalat di meja makan dan dia pun tertawa karena menemukan ide untuk balas dendam. Kepada Baginda Raja, Abu Nawas mengaku hendak melaporkan perlakuan tamu tidak diundang.
“Siapakah tamu tidak diundang itu?” tanya Baginda.
“Lalat-lalat ini, Tuanku,” kata Abu Nawas yang membawa lalat di atas piring yang tertutup tudung saji.
Abu Nawas pun meminta izin untuk mengusir lalat-lalat itu. Baginda Raja yang sedang berkumpul bersama para menteri pun langsung memerintahkan Abu Nawas mengusir lalat itu. Bermodalkan tongkat besi, Abu Nawas pun mengejar dan memukuli lalat itu hingga vas bunga, patung hias, dan perabotan istana hancur karenanya. Akhirnya Baginda Raja menyadari kekeliruannya. Abu Nawas yang puas memberikan pelajaran pada Baginda Raja pun meminta izin pulang.
- Teks Hikayat Bunga Kemuning

Alkisah, seorang raja yang bijaksana memiliki 10 orang putri yang sangat cantik.
Sayangnya, sang istri meninggal saat melahirkan putri bungsunya, Putri Kuning.
Suatu hari, Sang Raja hendak pergi keluar kota untuk beberapa saat dan menanyakan oleh-oleh apa yang diinginkan saat sang raja pulang.
Sembilan putrinya meminta hadiah mewah, seperti perhiasan, kain sutra, dan lain-lain.
Namun, Putri Kuning hanya meminta sang ayah agar pulang dalam keadaan sehat.
Saat sang ayah pergi, kesembilan putrinya hanya bersenang-senang dan meminta pelayan melayaninya secara seenaknya.
Akibat perbuatan sembilan kakaknya, taman kesayangan Sang Raja menjadi kotor.
Putri Kuning yang berinisiatif membersihkan taman pun diledek oleh kakak-kakaknya dan menyebutnya sebagai “pelayan baru”.
Akhirnya, saat Sang Raja pulang, dia memberikan hadiah berupa kalung berwarna hijau yang sangat cantik.
Putri Hijau yang merasa iri, akhirnya menghasut saudari-saudarinya untuk mencuri kalung itu.
Namun, saat merebut kalung itu, mereka tidak sengaja memukul kepala Putri Kuning hingga meninggal dunia.
Untuk menutupi perbuatannya tersebut, kesembilan putri mengubur Putri Kuning di taman.
Raja yang terus mencari Putri Kuning akhirnya menemukan keanehan di taman.
Di taman itu, tumbuh sebuah bunga berwarna kuning dan memunculkan aroma harum.
Akhirnya, Raja merawat bunga itu dan menamainya sebagai Bunga Kemuning.
Penutup
Hikayat merupakan bagian penting dari warisan sastra Melayu yang penuh dengan pelajaran moral dan keagamaan. Melalui karakteristik hikayat yang khas, seperti kesaktian tokoh, latar istana, dan penggunaan bahasa kuno, kita bisa mempelajari nilai-nilai budaya yang diwariskan oleh nenek moyang kita. Teks hikayat singkat yang telah disajikan di atas hanyalah sebagian kecil dari kekayaan hikayat yang ada. Untuk memahami lebih dalam, anda bisa mempelajari materi hikayat kelas 10 yang telah disesuaikan dengan kurikulum pendidikan.
Dengan memahami struktur cerita hikayat dan unsur hikayat, kita bisa lebih menghargai keberadaan hikayat sebagai bagian dari tradisi sastra yang kaya dan mendalam. Kebahasaan teks hikayat yang unik, beserta unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsiknya, menjadi bukti bahwa hikayat bukan hanya sekadar cerita, tetapi juga sarana untuk menyampaikan pesan moral dan nilai kehidupan.
Jika ingin memperdalam tentang Bahasa Indonesia, terutama materi hikayat, Anda bisa mencari tutor privat Bahasa Indonesia di Superprof yang akan membantu Anda memahaminya lebih baik dan mendalam.